color: #FF0000; 10 Rahasia Sukses Orang Jepang :: Nurdin Furry

Senin, 01 November 2010

10 Rahasia Sukses Orang Jepang

1. Kerja Keras

Sudah menjadi rahasia umum bhw bangsa Jepang adlh pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adlh 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dgn Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), & Perancis (1680 jam/tahun). Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sbh mobil dlm 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari utk membuat mobil yg bernilai sama. Seorang pekerja Jepang blh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yg biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adlh sesuatu yg blh dikatakan “agak memalukan” di Jepang, & menandakan bhw pegawai tersebut termasuk “yg tdk dibutuhkan” oleh perusahaan.

2. Malu

Malu adlh budaya leluhur & turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dgn menusukkan pisau ke perut) mjd ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah & pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena “mengundurkan diri” bagi para pejabat (mentri, politikus, dsb) yg terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mgkn adlh anak-anak SD, SMP yg ka&g bunuh diri, krn nilainya jelek atau tdk naik kelas. krn malu jglah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar drpada mengganggu pengemudi di belakangnya dgn memotong jalur di tengah jalan. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yg sdh mjd kesepakatan umum.

3. Hidup Hemat

Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dlm keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dlm berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, saya sempat terheran-heran dgn banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sdh mjd hal yg biasa bhw supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bhw Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00.

4. Loyalitas

Loyalitas membuat sistem karir di sbh perusahaan berjalan & tertata dgn rapi. Sedikit berbeda dgn sistem di Amerika & Eropa, sangat jarang orang Jepang yg berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mgkn implikasi dr Industri di Jepang yg kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yg kemudian mereka latih & didik sendiri sesuai dgn bidang garapan (core business) perusahaan.

5. Inovasi

Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dlm meracik temuan orang & kemudian memasarkannya dlm bentuk yg diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yg mengembangkan Sony Walkman yg melegenda itu. Cassete Tape tdk ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yg berhasil mengembangkan & membundling model portable sebagai sbh produk yg booming selama puluhan tahun adlh Akio Morita, founder & CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 1995, tercatat lebih dr 300 model walkman lahir & jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan kendaraan roda empat jg bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dgn inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yg lebih cepat & murah.

6. Pantang Menyerah

Sejarah membuktikan bhw Jepang termasuk bangsa yg tahan banting & pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yg menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dlm teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi & mjd fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam jg tdk membuat Jepang menyerah. tdk hanya mjd pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi & kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dr negara lain termasuk Indonesia . Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dr bom atom di Hiroshima & Nagasaki , disusul dgn kalah perangnya Jepang, & ditambahi dgn a&ya gempa bumi besar di Tokyo . Ternyata Jepang tdk habis. dlm beberapa tahun berikutnya Jepang sdh berhasil membangun industri otomotif & bahkan jg kereta cepat (shinkansen) . mgkn cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yg usahanya hancur & hampir tersingkir dr bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai dr nol utk membangun industri sehingga mjd kerajaan bisnis di era kekinian. Akio Morita jg awalnya mjd tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yg mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dgn Sony Walkman-nya. yg jg cukup unik bhw ilmu & teori dimana orang harus belajar dr kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dgn nama shippaigaku (ilmu kegagalan).

7. Budaya Baca

jgn kaget kalau anda datang ke Jepang & masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa se&g membaca buku atau koran. tdk peduli duduk atau berdiri, banyak yg memanfaatkan waktu di densha utk membaca. Banyak penerbit yg mulai membuat man-ga (komik bergambar) utk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dgn menarik yg membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Saya pernah membahas masalah komik pendidikan di blog ini. Budaya baca orang Jepang jg didukung oleh kecepatan dlm proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sdh dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institute penerjemahan & terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sdh tersedia dlm beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan.

8. Kerjasama Kelompok

Budaya di Jepang tdk terlalu mengakomodasi kerja-kerja yg terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan utk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tdk hanya di dunia kerja, kondisi kampus dgn lab penelitiannya jg seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya jg dlm bentuk kelompok. Kerja dlm kelompok mgkn salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bhw “1 orang professor Jepang akan kalah dgn satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tdk akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yg berkelompok” . Musyawarah mufakat atau sering disebut dgn “rin-gi” adlh ritual dlm kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dlm “rin-gi”.

9. Mandiri

Sejak usia dini anak-anak dilatih utk mandiri. Irsyad, anak saya yg paling gede sempat merasakan masuk TK (Yochien) di Jepang. Dia harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk & sebotol besar minuman yg menggantung di lehernya. Di Yochien setiap anak dilatih utk membawa perlengkapan sendiri, & bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA & masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tdk meminta biaya kepada orang tua. Teman-temen seangkatan saya dulu di Saitama University mengandalkan kerja part time utk biaya sekolah & kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua yg itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.

10. Jaga Tradisi ; Menghormati Orang Tua

Perkembangan teknologi & ekonomi, tdk membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi & budayanya. Budaya perempuan yg sdh menikah utk tdk bekerja masih ada & hidup sampai saat ini.
Budaya minta maaf masih mjd reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang & menabrak pejalan kaki, maka jgn kaget kalau yg kita tabrak malah yg minta maaf duluan.

Sumber http://www.kaskus.us/showthread.php?p=136993240

Tidak ada komentar:

Posting Komentar